Waktu itu, Saya dan teman-teman dari UNS sedang KKN di Banda Neira, Maluku Tengah. Kami diundang dalam acara pernikahan “Bang Rizal deng Tata Yani” yang diselenggarakan di RT 03/Desa Waling Spanciby pada hari Minggu, 5 Februari 2017. Kami beruntung dan merasa senang diundang dalam acara tersebut karena kami yang berasal dari Jawa bisa melihat bagaimana keberlangsungan pernikahan ala Banda. Dengar-dengar dari orang yang tinggal disana, acaranya agak berbeda tidak seperti di Jawa pada umumnya. Katanya di Banda ini, pada malam sebelum akad pernikahan terdapat “Malam Pacar” dan di malam resepsi pernikahan terdapat acara “Melantai”.
Hari yang ditunggu pun tiba jua. Serangkaian acara dari menjelang pernikahan, akad pernikahan dan resepsi pernikahan pun sudah dipersiapkan. Pada malam pacar, ketika saya tiba di lokasi pernikahan, saya takjub dengan dekorasi tempat pernikahannya. Dekorasi panggung di rumah kediaman mempelai pria dihiasi dengan berbagai warna pernak-pernik Ala Eropa dan Cina.
Malam itu, mempelai wanita dengan gaun berwarna hijau mudanya yang menawan, duduk diatas kursi bak ratu dan para Ibu di keluarga besarnya mengoleskan tumbukan halus daun pacar ke kedua tangan mempelai wanita. Pada acara ini juga diselenggarakan dengan berbagai lomba seperti qosidahan (menyanyi lagu islami), menari serta peraga gaya dan busana yang diikuti oleh anak-anak dari perwakilan TPA di Desa Waling Spanciby dan Boiyauw. Banyak warga yang hadir melihat dan mendukung para peserta lomba. Lantunan lagu qosidahan dengan suara yang menggemaskan, lambaian tari dengan alunan lagu banda (seperti kote-kote, dan sebagainya), dan pertunjukkan busana yang nyentrik dengan kelucuan gaya yang ditunjukkan anak-anak diatas panggung, membuat malam ini semakin meriah dengan canda tawa penonton.
Pagi harinya, acara inti yakni akad nikah pun tiba. Tamu undangan pun mulai berdatangan sejak pagi. Di tempat resepsi, mempelai wanita masih menanti mempelai pria dan duduk manis di kursi panggung yang ditemani sang ibunya. Sebuah organ tunggal pun dipersiapkan dan beberapa lagu dinyayikan untuk mengisi acara tersebut. Tepat pukul 10.00 WIT mempelai pria datang dengan busana pengantin coklat muda dan serban di kepalanya, dan para tamu menyambut kedatangannya dengan solawat. Tak perlu lama-lama, akad nikah pun berlangsung secara khidmat dan secara sah mereka menjadi sepasang suami istri. Kemudian kedua mempelai keluar dari rumah dan menuju ke panggung. Beberapa lagu pun masih dilantunkan sembari para tamu dipersilahkan menyicipi makanan yang telah dihidangkan. Setelah itu, para tamu berjabat tangan dengan kedua mempelai dimaksudkan untuk memberikan doa atas kebahagiaan mereka.
Pada malam hari pernikahan, acara resepsi diselenggarakan dengan cukup meriah. Mempelai pria diarak dengan solawat dan petasan dari rumah seberang menuju tempat resepsi. Sebelum memasuki pintu, mempelai pria harus bisa melepas kain yang dipegang oleh tuan rumah. Setelah terlepas, mempelai bisa masuk dan menjemput mempelai wanita di dalam rumah. Sebelum menuju panggung pernikahan, kedua mempelai disambut dengan tarian dari anak-anak SD Inpres Waling. Setelah selesai bernyanyi, kedua mempelai dipersilahkan duduk di atas kursi pelaminan.