Category Archives: Jawa Tengah

Aksi Serentak Mapala Jawa Tengah “Perlindungan dan Perlestarian Kawasan Karst di Goa Grobogan”

Selamat Pagi Indonesia,

Berdasarkan keputusan sidang komisi B (Isu Lingkungan Hidup) TWKM XXVIII di Makassar pada bulan Oktober 2016 lalu mengenai rekomendasi tiap PKD melakukan aksi serentak, maka PKD Jawa Tengah menggelar aksi peduli karst di Dusun Katekan, Desa Katekan, Kec. Brati, Kab. Grobogan, Jawa Tengah.

IMG_20170329_115513

Aksi ini digelar pada tanggal 29 Maret 2017 yang mana kegiatannya berupa bersih goa dan penyuluhan ke warga. Aksi ini merupakan salah satu wujud nyata kepedulian terhadap konservasi karst dari dulur-dulur mapala Jawa Tengah baik dari Solo, Semarang, Salatiga, Cepu, Purworejo, Magelang, Kebumen, dan sebagainya.

Kegiatan bersih Goa dilakukan di Goa Jumbleng dikarenakan di dalam goa tersebut terdapat tumpukan sampah anorganik seperti plastik, pecahan kaca, bekas popok, kain, dan sebagainya. Setelah dikeluarkan dari goa, sampah kemudian diangkut ke TPA Purwodadi.

Untuk kegiatan penyuluhan kepada warga Dusun Katekan diberikan materi mengenai pengenalan kawasan karst, pentingnya konservasi karst, dan pemaparan permasalahan yang ada di Goa Desa Katekan. Materi tentang kawasan karst disampaikan oleh Mas Fery Wicaksono dan Kang Arif “Butho” Jauhari dari Mapala Giri Bahama UMS.

Sedangkan pemaparan permasalahan di Goa Desa Katekan diperoleh dari hasil kegiatan “Caving Bersama di Bumi Brati Grobogan” pada bulan September 2016 yakni terdapatnya banyak sampah anorganik di Goa Jumbleng dan Goa Landak. Materi ini disampaikan oleh Mas Ari dari Mapala Himalaya yang mana tergabung dalam SCA (Semarang Caving Assosiation).

Besar harapan kami, apa yang telah kami lakukan meskipun belum optimal, dapat memberikan kesadaran dan menumbuhkan kepedulian dari mapala Jawa Tengah dan Warga Dusun Katekan khususnya dalam menjaga kawasan goa bebas dari sampah. Selain itu, kami berharap dari kegiatan aksi ini dapat berlanjut baik lewat forum PKD Jawa Tengah maupun forum lainnya.

Mapala peduli akan bumi ini, karena kami sadar bahwa kami butuh kehidupan yang lebih baik untuk generasi mendatang.

Salam Lestari !!

Gunung Slamet (3428 Mdpl) Via Bambangan

“There can be no happiness if the things we believe in are different from the things we do” – Freya Stark

Gunung yang merupakan tertinggi di Provinsi Jawa Tengah atau gunung tertinggi ke-2 di Pulau Jawa setelah Gunung Semeru, yaitu Gunung Slamet. Gunung Slamet adalah salah satu gunung berapi aktif di Indonesia. Gunung ini terletak di 5 kabupaten yakni Kabupaten Brebes, Banyumas, Purbalingga, Tegal dan Pemalang, Provinsi Jawa Tengah. Oleh karenanya banyak jalur yang dapat dilalui untuk mendaki gunung ini, antara lain via Bambangan-Purbalingga, Baturraden-Purwokerto, Guci-Tegal, Kaliwadas-Brebes, Kaligua-Bumiayu, dan Dukuhliwung-Tegal. Pada kesempatan ini, tim mendaki Gunung Slamet melalui jalur Bambangan. Jalur via Bambangan merupakan jalur utama yang banyak dipilih dan direkomendasikan dikarenakan rutenya terpendek dibandingkan jalur lainnya. Jalur Bambangan terletak di Dukuh Bambangan, Desa Kutabawa, Kecamatan Karangreja, Kabupaten Purbalingga.

Pada ekspedisi 404040, Gunung Slamet ini didaki oleh Tim 5 yang beranggotakan 4 orang, antara lain Antonius Indra Setiawan (GWB 26275 SJS), Fitri Nurul Firdaus (GWB 26281 SJS), Adhitya Bayu Prakasa (GWB 27292 NSA-AM) dan Dwi Purnomo Adi (GWB 27300 NSA-AM). Perjalanan ini dimulai tanggal 4 Maret 2016 diawali packing perbekalan dan peralatan pukul 14.00 WIB. Pada pukul 19.30 diadakan upacara pemberangkatan di sekretariat Garba Wira Bhuana. Upacara pemberangkatan tim bersamaan dengan tim yang akan berangkat ke Gunung Prau dan Gunung Arjuna-Welirang (Tim AW). Pukul 20.00 WIB, semua tim siap berangkat. Tim kami mengendarai 2 motor, ditemani Dimas Fika Pramudita (GWB 27209 NSA-AM) sampai basecamp Gunung Slamet dan bersamaan berangkatnya dengan Tim Gunung Prau. Kami pun menuju motor yang menemani kami sepanjang perjalanan dari Solo menuju Purbalingga.

Perjalanan malam pun kami tempuh melewati gemerlap lampu-lampu jalanan dengan angin malam yang berhembus menerpa diri kami. Di tengah perjalanan kami sempat beristirahat sejenak sambil mengisi ulang bahan bakar kendaraan kami. Kami melanjutkan perjalanan dan sampai di Kota Wonosobo sekitar pukul 23.50 WIB dan dari sinilah tim Prau dan tim Slamet berpisah. Kami sempat mampir di angkringan untuk makan malam. Minuman anget, nasi kucing beserta gorengan pun jadi teman kami malam itu. Hari pun telah berganti, pukul 12.30 WIB kami melanjutkan perjalanan meski mata kami mulai tak bisa berkompromi. Sampai di Banjarnegara pukul 02.40 WIB, kami putuskan istirahat sebentar di depan emperan warung makan karena tubuh mulai kaku diatas motor. Kami pun memasak nasi untuk sarapan pagi nanti dan membuat kopi anget. Tak lama kemudian, gerimis datang dan rasa mengantuk mulai melanda kami hingga akhirnya terlelap tidur. Pagi tlah datang, gerimis masih enggan pergi, jam menunjukkan angka 05.30 WIB kami bangun dan solat subuh. Kemudian kami mulai packing dan pukul 06.15 kami melanjutkan perjalanan yang mana suasana mulai ramai akan kendaraan bis dan motor.

Pada Pukul 07.35 WIB kami belanja sayuran untuk perbekalan mendaki nanti dan lauk matang untuk sarapan pagi ini. Setengah jam kemudian kami sampai di basecamp dan kami langsung sarapan. Kemudian kami registrasi, packing dan kami berangkat pukul 10.30 WIB. Dari informasi pendaftaran di basecamp, banyak pendaki yang akan memuncak pada hari itu juga. Dari Basecamp berjalan ke atas menuju gapura “Pendakian Bambangan” akan melewati pondok pemuda (1502 mdpl). Disitu kami registrasi ulang dan meninggalkan kartu identitas untuk pendakian ini.

SAMSUNG CAMERA PICTURES
Awan menutupi Gunung Slamet pagi itu

Gerbang Pendakian Gunung Slamet Via Bambangan

SAMSUNG CAMERA PICTURES
Basecamp Gunung Slamet, Bambangan, Kutabawa, Purbalingga
SAMSUNG CAMERA PICTURES
Gerbang Pendakian Gunung Slamet Via Bambangan

Gapura “Pendakian Bambangan” ini merupakan awal perjalanan yang sesungguhnya. Perjalanan menuju pos 1 (Pondok Gembirung 1937 mdpl) melewati bentangan ladang pertanian seperti wortel, kubis, dan bawang merah. Hujan gerimis kembali menerpa kami, jalan setapak menanjak sudah menghadang. Sebelum sampai di pos 1, kami melewati pos bayangan atau batas perhutani (1606 mdpl) yang mana ada beberapa rombongan yang berteduh disitu. Kami tiba di pos 1 pukul 12.20 WIB dimana disana terdapat shelter dan kami pun beristrirahat sejenak. Perjalanan ke Pos 2 (Pondok Walang 2256 mdpl) treknya agak menanjak dan lebih berat dari sebelumnya. Vegetasi pepohonan mulai rapat dan perjalanan ke pos 2 memerlukan waktu sekitar 1.5 jam. Selanjutnya perjalanan ke Pos 3 (Pondok Cemara 2510 mdpl) dengan jalan setapak yang mulai menyempit dan kadang kerap bersenggolan dengan semak-semak basah. Menuju pos 3 memerlukan waktu 1.5 jam dan tiba pukul 15.28 WIB. Perjalanan ke Pos 4 (Pondok Samaranthu 2688 mdpl), trek masih dalam suasana hutan dan terkadang melewati jalan yang menyempit dalam cerukan. Carrier pun kerap bersinggungan dengan cerukan dan sesekali tersangkut dengan akar pohon yang mencuat. Mitosnya di pos 4 ini dikatakan sebagai pos angker, karena dari namanya “Samaranthu” yang artinya hantu tak terlihat.

Hari makin sore, hujan pun sudah reda, pukul 17.35 kami sampai di Pos 5 (Samyang Rangkah 2795 mdpl). Di pos ini terdapat shelter dan di bawah pos terdapat aliran sungai yang bisa dijadikan sumber air, maka kami memutuskan untuk mendirikan camp disini. Menuruni jalur sempit yang cukup curam untuk mengambil air sungai. Kemudian kami melakukan persiapan memasak untuk makan malam. Menu makan malam ini yaitu sayur kangkung dengan saori asam manis membuat cukup “nananina” pada diri kami. Setelah selesai masak dan makan, kami langsung beristirahat tidur untuk persiapan pergerakan summit besok pagi.

SAMSUNG CAMERA PICTURESSAMSUNG CAMERA PICTURES

Keesokan harinya, cuaca cukup cerah dan kami pun melanjutkan perjalanan ini pukul 07.00 WIB. Perjalanan menuju Pos 6 (Samyang Katehonan 2909 mdpl) memerlukan waktu sekitar 25 menit. Selanjutnya vegetasi mulai kembali terbuka menuju Pos 7 (Samyang Kendil 3040 mdpl) yang memerlukan waktu sekitar 20 menit dan di pos 7 terdapat shelter juga. Perjalanan menuju Pos 8 (Samyang Jampang 3092 mdpl) dengan jalur yang terbentuk di tengah cerukan sempit kembali lapang. Tidak terlalu jauh dari pos 7, pos 8 dapat ditempuh dengan waktu sekitar 10 menit. Kami pun sempat berfoto ria di pos 8. Perjalanan selanjutnya menuju pos 9 (Pelawangan 3172 mdpl) yang merupakan batas vegetasi gunung ini ditandai dengan seonggok pohon cantigi dan papan besar. Kami memerlukan waktu sekitar 40 menit untuk sampai di pos ini. Kami istirahat sejenak dan menikmati bekal yang kami bawa.

SAMSUNG CAMERA PICTURES

SAMSUNG CAMERA PICTURES

SAMSUNG CAMERA PICTURES

Pada pukul 09.00 WIB kami summit dan trek selanjutnya menuju Puncak Slamet/Bibir kawah melewati jalur yang lebih berat menjadi lumuran pasir dan bebatuan. Perjalanan mulai terpencar di sebalah kanan mapun kiri jalur, menyisakan jarak yang cukup berjauhan, tergantung pada kemampuan fisik dan mental masing-masing. Dengan semangat pantang mengeluh menjadi senjata ampuh untuk menapaki jejak kami di puncak gunung ini. Di tengah perjalanan sesekali kabut menghampiri perjalanan ini. Sekitar 1,5 jam akhirnya perjalanan kami membuahkan hasil, hamparan tanah berbatu datar yang memanjang ada di depan mata kami. Memandang ke segala arah, semuanya lepas begitu saja seperti tanpa pembatas.

SAMSUNG CAMERA PICTURES

Berjalan ke depan, kami melihat plakat hitam dengan tinta putih bertuliskan “CONGRATULATIONS YOU ARE NOW AT MT SLAMET 3428 MASL”.

SAMSUNG CAMERA PICTURESSAMSUNG CAMERA PICTURES

Di titik ini terasa perjuangan kami akhirnya ada titik temunya,  kebahagiaan, keharuan, kebanggan dan rasa syukur pun terluapkan. Cuaca saat itu berkabut dan pemandangan gunung di seberang tak kelihatan. Kemudian kami mempersiapkan visi kami ke gunung ini untuk mengibarkan bendera merah putih dan Lambang Garba Wira Bhuana sebagai simbolis perjuangan kami kesini.

Pada pukul 11.45 WIB, gerimis pun datang yang memperingatkan kami untuk segera turun. Sebelum kabut membentang, sebelum badai menghadang, kami bergegas pulang. Melewati turunan pasir dan bebatuan perlu ekstra hati-hati untuk menuju pos 9. Tak usah lama-lama beristirahat kami bergegas menuju pos 5 tempat camp kami. Mendekati pos 7, hujan mengguyur perjalanan kami, jalan pun menjadi licin. Pukul 14.15 kami sampai di pos  5, kami pun langsung membongkar tenda dan memasak untuk makan siang dengan menu nasi sayur sop, kangkung dan tempe goreng. Pukul 16.30 kami telah usai masak dan makan, kemudian siap untuk turun ke basecamp. Dengan ekstra hati-hati karena hari makin malam kami menuruni gunung ini dan sampai di basecamp pukul 19.30. Kami beristirahat sejenak dan persiapan kembali ke solo pada pukul 23.00 WIB. Di tengah perjalanan pulang, tubuh kami terasa lelah dan kami putuskan beristirahat di pom bensin Purbalingga sampai pukul 03.00 dini hari. Kami melanjutkan perjalanan pulang ke Solo dan sempat sarapan di Wonosobo hingga kami sampai di Solo dengan selamat pukul 11.00 WIB.

Nama Gunung Slamet mengandung doa untuk semua. Jika sebuah nama adalah doa maka tepat jika gunung ini dijadikan contoh bahwa “Slamet” merupakan bahasa jawa yang bermakna selamat. Masyarakat yakin akan gunung ini bergejolak sekalipun dalam ruang kawah dan kepulan asapnya, terselipkan doa agar kehidupan di dalamnya maupun sekitar kaki gunungnya tetap terjaga keselamatannya. Selain dari kondisi alam sendiri, manusia yang mendaki gunung ini pun harus ikut menjaga dan merawatnya agar keselamatan dan kebahagiaan dapat dirasakan. Seperti yang dikatakan oleh Pak Freya Stark bahwa “Tidak ada kebahagian, jika apa yang kita percaya berbeda dengan apa yang kita lakukan”.

 

(Fitri Nurul Firdaus / GWB 26281 SJS)